Archive for Mei, 2010

Konsep Impuls, Momentum dan Tumbukan dalam Flash

Mei 31, 2010

Saat kita menerangkan Bab Impuls, Momentum dan Tumbukan akan mengalami kesulitan jika menggunakan metode ceramah. Berikut ini akan saya berikan sebuah link untuk mendapatkan file flash yang memudahkan para guru dan siswa untuk mempelajari bab ini.
Saya ambil dari blog kawan SMA di Ciamis. (Thanks bro!..)

Semoga bermanfaat.

Blog untuk media pembelajaran

Mei 26, 2010

Kerap kita jumpai beberapa guru mata pelajaran di sekolah-sekolah yang sudah menggunakan basis IT (Information Technology) menggunakan blog dalam menyampaikan materi, pemberian tugas ke siswa dan keperluan akademis lainnya.

Tuntutan kepada seorang guru dewasa ini semakin meningkat, hal ini sangat bagus mengingat sekarang sudah ada program sertifikasi yang diusung oleh presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Ibarat seorang petinju, maka ketika seorang guru sudah bersertifikasi berarti dia bukan lagi guru amatir atau guru yang baru belajar mengajar.

Terkait dengan sertifikasi, aksi guru di lapangan sangat beragam dalam membuktikan dia sudah profesional. Diantaranya adalah dengan menggunakan sebuah blog sebagai alat penghubungan pembelajaran kepada para siswa di sekolah.

Contoh blog pakarfisika.com, blognya pak rudy adalah beberapa blog yang sudah dipakai dalam penggabungan antara dunia maya dengan menjelaskan fisika.

Diharapkan dengan adanya inovasi-inovasi ini, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dengan penduduk yang cerdas dan beramal soleh.

Materi Mikroskop dalam Format Flash

Mei 20, 2010

Jika sekarang anda seorang guru kelas 8 yang mengajar di sekolah menengah pertama maka anda sekarang tentunya mengajar masalah mikroskop. Disini ada file flash yang bagus untuk anda gunakan dalam mengajar.

Selamat menikmati

DOWNLOAD

Duh, Tak Lulus UN Bunuh Diri

Mei 12, 2010

JAMBI, KOMPAS.com – Mengejutkan! Wahyu Ningsih (19), siswi sebuah SMKN di Muaro Jambi yang kemarin tewas menelan racun jamur tanaman, ternyata peraih nilai ujian nasional tertinggi di sekolahnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Ningsih, demikian kawannya biasa memanggil, mendapat nilai delapan untuk Bahasa Indonesia. Dalam SMS yang dikirim sebelum menelan racun, gadis itu mengaku sangat syok karena amplop berisi keterangan kelulusan menyebutkan bahwa ia harus mengulang tes Matematika pada bulan Mei nanti.

“Kami sebenarnya diingatkan oleh guru supaya membuka amplop setelah sampai rumah saja,” kata Mimi, rekan Ningsih, saat mengenang kejadian Senin siang lalu.

Menurut Mimi, Ningsih menjadi satu satunya murid yang tak lulus di antara siswa kelas III di sekolahnya. Mungkin karena itu pula Ningsih sangat sulit ditenangkan ketika sedang histeris. Saking terpukulnya, Ningsih malah sempat rebah di tanah, membiarkan pakaiannya kotor.

Ia lantas diantar pulang ke rumahnya di Desa Muara Jambi oleh satu rombongan. Para pengantar tersebut terdiri atas lima guru dan tiga siswi teman dekatnya. Selama dalam perahu yang mengantarkan mereka menyeberangi Sungai Batanghari, Ningsih tetap tak henti menangis.

Masih menurut kesaksian Mimi, sekitar pukul 14.30 rombongan tiba di rumah orangtua Ningsih. Para pengantar pun tak langsung pulang. Mereka tetap menemani dan menghibur Ningsih selama sekitar sejam. “Tapi, selepas asar, sekitar pukul empat, dia kirim SMS kepada saya. Ia meminta saya dan kawan kawan supaya datang ke rumahnya nanti malam dan menjelaskan ketidaklulusannya kepada orangtuanya,” kata Salmi (18), sahabat Ningsih yang lain.

Pesan pendek itu lantas disambungkan kepada Mimi. Keduanya sepakat untuk mendatangi rumah Ningsih pada Senin malam. Namun, ketika mereka datang ke rumah Ningsih sekitar pukul 19.30, sahabat mereka itu telah dilarikan ke rumah sakit.

Ternyata Ningsih melakukan upaya bunuh diri. Ia diperkirakan melakukan tindakan meracuni diri sekitar pukul 15.30 atau 16.00. Itu terjadi setelah kakaknya pergi meninggalkan rumah untuk membantu persiapan hajatan di rumah tetangga.

Paman korban, Subrata (29), mengatakan, sebelum menelan serbuk fungisida, Ningsih telah mengeluhkan ketidaklulusannya kepada kakaknya, Haris. Sepengetahuannya, Ningsih bercerita bahwa ia khawatir akan mendapat marah dari orangtuanya. Sang kakak pun sempat menenangkannya.

Selepas itu, Ningsih terlihat tenang. Ia bahkan sempat mencuci pakaian seragamnya yang kotor, juga mengambil air wudu dan shalat. Sayangnya, ketika sang kakak pulang ke rumah sekitar maghrib, Ningsih sudah dalam kondisi lemas di dalam kamarnya. Mulut gadis itu pun berbusa. Gadis malang itu lantas dilarikan ke Rumah Sakit Bratanata, Kota Jambi.

Ketika mobil yang mengangkutnya mampir di Desa Jambi untuk mengisi bensin, denyut nadi Mingsih masih terasa. Namun, nasib berkata lain, nyawanya tetap saja tak tertolong begitu sampai di rumah sakit sekitar pukul 19.00.

Guru Dituntut Kreatif Mengajar

Mei 6, 2010

Guna menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar.

Jakarta, Senin (24 November 2008)–Guna menumbuhkan minat belajar para siswa maka guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar. Sementara untuk memberikan pengayaan terhadap dirinya guru juga dituntut kreatif mengembangkan kemampuan mengajar dan mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Wawasan guru juga diharapkan tidak terjebak pada buku teks semata.

Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi mengatakan, untuk menumbuhkan minat belajar siswa maka seorang guru dituntut mampu menerapkan cara belajar yang menarik. “Jiwa enterpreneurship yang dimiliki oleh seorang guru bukanlah enterpreneurship seperti seorang pengusaha, tetapi terkait kreativitas, ” katanya usai membuka Seminar Meningkatkan Enterpreneurship Guru di Depdiknas, Jakarta, Selasa (28/10/2008) .

Baedhowi mengatakan, praktek-praktek yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kreativitasnya yakni dengan kreatif dalam belajar dan berketerampilan. Dia menyebutkan, keterampilan seperti memasak dan membuat alat peraga pendidikan yang sederhana merupakan contoh nyata sebuah kreativitas. “Guru-guru membuat alat peraga sederhana itu suatu kreativitas. Jadi yang namanya belajar tidak harus beli alat dari pabrik, tetapi bisa bikin sendiri. Bejana berhubungan bisa dibikin sendiri. Untuk menjelaskan pelajaran Matematika dapat menggunakan lidi,” ujarnya.

Lebih lanjut Baedhowi mengatakan, untuk mengajarkan anak didik pengetahuan tentang hitung dagang dapat dilakukan sambil bermain. Siswa, kata dia, dapat diajak belanja ke pasar lalu diminta menghitung dan mencatat pembelian yang dilakukan. Siswa juga dapat diajak ke koperasi sekolah lalu diminta menanyakan harga kemudian dibukukan. “Siswa diperkenalkan dan diminta mempraktekkan menggunakan buku kas,” katanya.

Tika Bisono, pemateri seminar, mengatakan, sebagai seorang karyawan seharusnya dapat memberikan nilai tambah kepada institusinya. Pada saat memberikan nilai tambah itu, kata dia, terdapat unsur mengembangkan institusi dengan kemampuan dirinya. “Keterampilan lain yang tidak masuk job desk inilah sebenarnya basis dari enterpreneurship, ” katanya.

Tika mencontohkan, cikal bakal enterpreneurship seorang guru dapat dilakukan dengan menyapa tukang kantin sekolah dan tukang sapu. Menurut dia, perilaku seorang guru menyapa mereka ini sudah merupakan suatu basis enterpreneur untuk mengembangkan imej orang-orang yang melihat bahwa sekolah itu ramah. Perilaku ini, lanjut dia, lalu menular ke murid-muridnya. “Bukan karena disuruh guru harus mengatakan selamat pagi ke semua orang, tetapi cuma karena si anak itu melihat gurunya melakukan hal itu (menyapa) ke orang lain. Itu enterpreneur! ” ujarnya.

Pembelajaran, kata Tika, tidak hanya dilakukan melalui buku teks. Anak-anak, kata dia, dibangkitkan pengetahuan dan kecintaannya terhadap belajar justru dari kecakapan hidup atau life skills. “Sumber kecakapan hidup itu dapat berasal dari pengalaman hidup para guru sendiri,” katanya.

Tika mengamati, hubungan antara guru dan siswa pada saat ini masih kurang komunikatif. Dia mencontohkan, dari para peserta seminar yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar sampai sekolah menengah atas mengaku belum memiliki buku penghubung. Buku ini, kata dia, berfungsi sebagai media komunikasi antara orangtua siswa dengan guru. Orangtua siswa, kata dia, dapat memanfaatkan buku penghubung untuk mengetahui perkembangan anaknya, serta mengetahui isu-isu yang terjadi di sekolah. “Buku penghubung adalah media yang paling murah dan sederhana,” katanya.